TOPIK, TEMA DAN JUDUL

Senin, 23 November 2015

1. TOPIK 

a. Pengertian Topik


          Topik adalah berasal dari bahasa Yunani "topoi" yag berarti tempat, dalam tulis-menulis berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan peulisan suatu artikel. Topik merupakan pokok permasalahan dari suatu penelitian atau sebagai tema pokok dari permasalahan. Penetapan topik dalam penelitian dianggap penting karena topik lebih menonjolkan inti persoalan dan dapat menegaskan batasan-batasan masalahnya yang dapat membantu mengarahkan untuk menentukan judul. Topik biasa terdiri dari satu satu dua kata yang singkat dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan. Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya sama-sama dapat dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum, sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan.

b. Syarat Topik yang Baik

 1. Topik harus menarik

      Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang untuk menulis secara terus-menerus dan mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan tulisan sebaik-baiknya. Suatu topik sama sekali tidak disenangi penulis akan mnimbulkan kesalahn. Bila terdapat hambatan, penulis tidak akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan data dan fakta yang akan digunakan utuk memecahkan masalah. 

 2. Diketahui Oleh Penulis 

       Penulis hendaklah mengerti atau mengetahui meskipun baru prinsip-perinsip ilmiahnya.
Contoh:
• Mencari sumber-sumber data .
• Metode atau penerapan yang digunakan.
• Metode analisis yang akan digunakan.
• Buku-buku referensi yang digunakan.

c. Jangan terlalu baru,jangan terlalu teknis dan jangan terlalu kontroversial.

       Bagi penulis pemula,topik yang baru kemungkinan belum ada referensinya dalam kepustakaan.Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya.Topik yang kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.

d. Bermanfaat.

      Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam ehidupan sehari-hari maupun dari segi praktis.

e. Jangan terlau luas.

        Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis.Setipa penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan berbatas untuk digarap sehingga tulisannya dapat terfokus.

k. Topik yang dipilih memiliki sumber acuan.

c. Pembatasan Topik
  
           Topik harus terbatas. Pembatasan sebuah topik mencangkup: konsep, variabel, data, lokasi(lembaga) pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data.

          Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca. Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, hubungan variabel kurang jelas, tidak menarik untuk dibahas atau dibaca. Oleh Karena itu, pembahasan topik harus dilakukan secara cermat, sesuai dengan kemampuan dana, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat siterima oleh pembacanya..
Sumber-sumber mendapatkan topic yang baik
Sumber-sumber untuk menulis sebuah topik datangnya bisa lewat mana saja , antara lain yaitu sebagai berikut:
         * Sumber pengalaman kita ataupun orang lain.
         * Sumber-sumber pengamatan.
         * Sumber-sumber imajinasi.
         * Dan hasil dari penalaran kita.
 
d. Sumber Topik

           Tak jarang seorang penulis bingung saat menentukan hendak menulis apa, rasanya semua menarik dan banyak yang sudah ditulis orang. Sebenarnya banyak hal yang dapat dijadikan topik tulisan. Untuk membantu menentukan topik, seperti yang disampaikan Wayne N. Thompson dalam Rakhmat (1999:20), seorang penulis dapat menemukan sumber topik dengan cara sebagai berikut :
 
* Pengalaman Pribadi
 
a. Perjalanan.
b. Tempat yang pernah dikunjungi.
c. Kelompok Anda.
d. Wawancara dengan tokoh.
e. Kejadian luar biasa.
f. Peristiwa lucu.
 
* Hobi dan Keterampilan. 
 
a. Cara melakukan sesuatu.
b. Cara kerja sesuatu.
 
* Pengalaman Pekerjaan atau Profesi
 
a. Pekerjaan tambahan.
b. Profesi keluarga.
 
* Pelajaran Sekolah/Kuliah
 
a. Hasil-hasil penelitian.
b.Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut.
 
* Pendapat pribadi
 
a. Kritik terhadap buku, film, puisi, pidato, iklan, siaran radio /televisi.
b. Hasil pengamatan pribadi.
 
* DLL
 
2. TEMA
 
a. Pengertian Tema
 
             Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
       Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sesebuah karya kesusteraan seperti cerpen atau novel. Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang terdiri dari pada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya.
           Ada pendapat lain yang mengatakan bahawa tema sebagai satu gagasan, pikiran atau persoalan utama yang mendasari sesebuah karya sastra dan terungkap secara langsung (eksplisit) atau tidak langsung (implisit). Tema dalam sesebuah cerita tidak dapat dilihat sepenuhnya sehingga cerita itu selesai dibaca. Selain itu, tema dapat dikesan melalui: perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita, peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita. Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan kemudian mendapatkan pokok persoalannya secara keseluruhan. cerita diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang dikemukakan oleh pengarang.
 
  b. Syarat-syarat Tema yang Baik
 
* Tema menarik perhatian penulis.           Tema yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha terus- menerus mencari data untuk memecahakan masalah-masalah yang dihadapi, penulis akan didorong terus-menerus agar dapat menyelesaikan karya tulis itu sebaik-baiknya.
* Tema dikenal/diketahui dengan baik.
       Maksudnya bahwa sekurang-kurangnya prinsip-prinsip ilmiah diketahui oleh penulis. Berdasarkan prinsip ilmiah yang diketahuinya, penulis akan berusaha sekuat tenaga mencari data melalui penelitian, observasi, wawancara, dan sebagainya sehingga pengetahuannya mengenai masalah itu bertambah dalam. Dalam keadaan demikian, disertai pengetahuan teknis ilmiah dan teori ilmiah yang dikuasainya sebagai latar belakang masalah tadi, maka ia sanggup menguraikan tema itu sebaik-baiknya.
* Bahan-bahannya dapat diperoleh.
        Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
* Tema dibatasi ruang lingkupnya.
         Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya

c. Sumber-sumber Mendapatkan Tema

        Sumber-sumber untuk menulis sebuah tema datangnya bisa lewat mana saja , kapan saja, dan dimana saja antara lain yaitu sebagai berikut:
         -  Sumber pengalaman kita ataupun orang lain.
         -  Sumber-sumber pengamatan.
         -  Sumber-sumber imajinasi.
         -  Dan hasil dari penalaran kita.
 
3. JUDUL
  
a. Pengertian Judul 
 
    Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul juga merupakan nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.
       Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, shingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.
      Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan eksposisi, contohnya : “Suatu Penelitian tentang Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai.
 
b. Syarat Judul yang Baik
 
* Asli
Jangan menggunakan judul yang sudah pernah ada, bila terpaksa dapat dicarikan sinonimnya.
 
* Relevan
Setelah menulis,baca ulang karangan anda, lalu carilah judul yang relevan dengan karangan anda ( harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut).
*Provokatif
Judul tidak boleh terlalu sederhana, sehingga(calon) pembaca sudah dapat menduga isi karangan anda, kalau(calon) pembaca sudah dapat menebak isinya tentu karangan anda sudah tidak menarik lagi.
*Singkat
Judul tidak boleh bertele-tele, harus singkat dan langsung pada inti yang ingin dibicarakan sehingga maksud yang ingin disampaikan dapat tercermin lewat judul.
* Harus bebentuk frasa
* Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,
* Tanpa tanda baca di akhir judul karangan,
* Menarik perhatian,
* Logis,
* Sesuai dengan isi.
 
c. Judul dibagi menjadi dua,yaitu :
1. Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.
2. Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.
 
4. Perbedaan Topik, Tema dan Judul
Tema merupakan pokok pemikiran, ide atau gagasan tertentu yang akan disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Tema juga merupakan dasar cerita (yang dipercakapkan-dsb), yang dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dsb.
Topik merupakan pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, dsb. Topik juga merupakan ide sentral yang mengikat keseluruhan uraian, deskripsi, penjelasan dan seluruh pembuktian.
 Judul merupakan kepala karangan (cerita, drama, dsb) atau perincian atau penjabaran dari topik dan judul dapat juga merupakan nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang menyiratkan secara pendek isi buku atau bab.
Topik masih mengandung hal umum, sedangkan tema sudah lebih spesifik dan terarah dalam membahas suatu permasalahan.
 
 
5. Referensi
 
http://novirositaputri.blogspot.co.id/2015/11/perbedaan-topik-tema-dan-judul.html  senin, 23-11-2015, 17.00
https://yukfuk.wordpress.com/2010/04/22/topik-tema-judul/ senin , 23-11-2015, 19.00
http://imeldarickyayudibyanto.blogspot.co.id/2013/11/tematopik-dan-judul.html  minguu, 22-11-2015, 19.00
http://jafarbaqdhat.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-topik-tema-judul.html minggu, 22-11-2015, 19.20

TOPIK, TEMA DAN JUDUL

1. TOPIK 

a. Pengertian Topik

          Topik adalah berasal dari bahasa Yunani "topoi" yag berarti tempat, dalam tulis-menulis berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan peulisan suatu artikel. Topik merupakan pokok permasalahan dari suatu penelitian atau sebagai tema pokok dari permasalahan. Penetapan topik dalam penelitian dianggap penting karena topik lebih menonjolkan inti persoalan dan dapat menegaskan batasan-batasan masalahnya yang dapat membantu mengarahkan untuk menentukan judul. Topik biasa terdiri dari satu satu dua kata yang singkat dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan. Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya sama-sama dapat dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum, sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan.

b. Syarat Topik yang Baik

 1. Topik harus menarik

      Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang untuk menulis secara terus-menerus dan mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan tulisan sebaik-baiknya. Suatu topik sama sekali tidak disenangi penulis akan mnimbulkan kesalahn. Bila terdapat hambatan, penulis tidak akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan data dan fakta yang akan digunakan utuk memecahkan masalah. 

 2. Diketahui Oleh Penulis 

       Penulis hendaklah mengerti atau mengetahui meskipun baru prinsip-perinsip ilmiahnya.
Contoh:
• Mencari sumber-sumber data .
• Metode atau penerapan yang digunakan.
• Metode analisis yang akan digunakan.
• Buku-buku referensi yang digunakan.

c. Jangan terlalu baru,jangan terlalu teknis dan jangan terlalu kontroversial.

       Bagi penulis pemula,topik yang baru kemungkinan belum ada referensinya dalam kepustakaan.Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya.Topik yang kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.

d. Bermanfaat.

      Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam ehidupan sehari-hari maupun dari segi praktis.

e. Jangan terlau luas.

        Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis.Setipa penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan berbatas untuk digarap sehingga tulisannya dapat terfokus.

k. Topik yang dipilih memiliki sumber acuan.

c. Pembatasan Topik
  
           Topik harus terbatas. Pembatasan sebuah topik mencangkup: konsep, variabel, data, lokasi(lembaga) pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data.

          Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca. Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, hubungan variabel kurang jelas, tidak menarik untuk dibahas atau dibaca. Oleh Karena itu, pembahasan topik harus dilakukan secara cermat, sesuai dengan kemampuan dana, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat siterima oleh pembacanya..
Sumber-sumber mendapatkan topic yang baik
Sumber-sumber untuk menulis sebuah topik datangnya bisa lewat mana saja , antara lain yaitu sebagai berikut:
         * Sumber pengalaman kita ataupun orang lain.
         * Sumber-sumber pengamatan.
         * Sumber-sumber imajinasi.
         * Dan hasil dari penalaran kita.
 
d. Sumber Topik

           Tak jarang seorang penulis bingung saat menentukan hendak menulis apa, rasanya semua menarik dan banyak yang sudah ditulis orang. Sebenarnya banyak hal yang dapat dijadikan topik tulisan. Untuk membantu menentukan topik, seperti yang disampaikan Wayne N. Thompson dalam Rakhmat (1999:20), seorang penulis dapat menemukan sumber topik dengan cara sebagai berikut :
 
* Pengalaman Pribadi
 
a. Perjalanan.
b. Tempat yang pernah dikunjungi.
c. Kelompok Anda.
d. Wawancara dengan tokoh.
e. Kejadian luar biasa.
f. Peristiwa lucu.
 
* Hobi dan Keterampilan. 
 
a. Cara melakukan sesuatu.
b. Cara kerja sesuatu.
 
* Pengalaman Pekerjaan atau Profesi
 
a. Pekerjaan tambahan.
b. Profesi keluarga.
 
* Pelajaran Sekolah/Kuliah
 
a. Hasil-hasil penelitian.
b.Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut.
 
* Pendapat pribadi
 
a. Kritik terhadap buku, film, puisi, pidato, iklan, siaran radio /televisi.
b. Hasil pengamatan pribadi.
 
* DLL
 
2. TEMA
 
a. Pengertian Tema
 
             Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
       Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sesebuah karya kesusteraan seperti cerpen atau novel. Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang terdiri dari pada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya.
           Ada pendapat lain yang mengatakan bahawa tema sebagai satu gagasan, pikiran atau persoalan utama yang mendasari sesebuah karya sastra dan terungkap secara langsung (eksplisit) atau tidak langsung (implisit). Tema dalam sesebuah cerita tidak dapat dilihat sepenuhnya sehingga cerita itu selesai dibaca. Selain itu, tema dapat dikesan melalui: perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita, peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita. Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan kemudian mendapatkan pokok persoalannya secara keseluruhan. cerita diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang dikemukakan oleh pengarang.
 
  b. Syarat-syarat Tema yang Baik
 
* Tema menarik perhatian penulis.           Tema yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha terus- menerus mencari data untuk memecahakan masalah-masalah yang dihadapi, penulis akan didorong terus-menerus agar dapat menyelesaikan karya tulis itu sebaik-baiknya.
* Tema dikenal/diketahui dengan baik.
       Maksudnya bahwa sekurang-kurangnya prinsip-prinsip ilmiah diketahui oleh penulis. Berdasarkan prinsip ilmiah yang diketahuinya, penulis akan berusaha sekuat tenaga mencari data melalui penelitian, observasi, wawancara, dan sebagainya sehingga pengetahuannya mengenai masalah itu bertambah dalam. Dalam keadaan demikian, disertai pengetahuan teknis ilmiah dan teori ilmiah yang dikuasainya sebagai latar belakang masalah tadi, maka ia sanggup menguraikan tema itu sebaik-baiknya.
* Bahan-bahannya dapat diperoleh.
        Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
* Tema dibatasi ruang lingkupnya.
         Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya

c. Sumber-sumber Mendapatkan Tema

        Sumber-sumber untuk menulis sebuah tema datangnya bisa lewat mana saja , kapan saja, dan dimana saja antara lain yaitu sebagai berikut:
         -  Sumber pengalaman kita ataupun orang lain.
         -  Sumber-sumber pengamatan.
         -  Sumber-sumber imajinasi.
         -  Dan hasil dari penalaran kita.
 
3. JUDUL
  
a. Pengertian Judul 
 
    Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul juga merupakan nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.
       Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, shingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.
      Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan eksposisi, contohnya : “Suatu Penelitian tentang Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai.
 
b. Syarat Judul yang Baik
 
* Asli
Jangan menggunakan judul yang sudah pernah ada, bila terpaksa dapat dicarikan sinonimnya.
 
* Relevan
Setelah menulis,baca ulang karangan anda, lalu carilah judul yang relevan dengan karangan anda ( harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut).
*Provokatif
Judul tidak boleh terlalu sederhana, sehingga(calon) pembaca sudah dapat menduga isi karangan anda, kalau(calon) pembaca sudah dapat menebak isinya tentu karangan anda sudah tidak menarik lagi.
*Singkat
Judul tidak boleh bertele-tele, harus singkat dan langsung pada inti yang ingin dibicarakan sehingga maksud yang ingin disampaikan dapat tercermin lewat judul.
* Harus bebentuk frasa
* Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,
* Tanpa tanda baca di akhir judul karangan,
* Menarik perhatian,
* Logis,
* Sesuai dengan isi.
 
c. Judul dibagi menjadi dua,yaitu :
1. Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.
2. Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.
 
4. Perbedaan Topik, Tema dan Judul
Tema merupakan pokok pemikiran, ide atau gagasan tertentu yang akan disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Tema juga merupakan dasar cerita (yang dipercakapkan-dsb), yang dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dsb.
Topik merupakan pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, dsb. Topik juga merupakan ide sentral yang mengikat keseluruhan uraian, deskripsi, penjelasan dan seluruh pembuktian.
 Judul merupakan kepala karangan (cerita, drama, dsb) atau perincian atau penjabaran dari topik dan judul dapat juga merupakan nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang menyiratkan secara pendek isi buku atau bab.
Topik masih mengandung hal umum, sedangkan tema sudah lebih spesifik dan terarah dalam membahas suatu permasalahan.
 
 
5. Referensi
 
http://novirositaputri.blogspot.co.id/2015/11/perbedaan-topik-tema-dan-judul.html  senin, 23-11-2015, 17.00
https://yukfuk.wordpress.com/2010/04/22/topik-tema-judul/ senin , 23-11-2015, 19.00
http://imeldarickyayudibyanto.blogspot.co.id/2013/11/tematopik-dan-judul.html  minguu, 22-11-2015, 19.00
http://jafarbaqdhat.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-topik-tema-judul.html minggu, 22-11-2015, 19.20

KERANGKA KARANGAN (OUTLINE)

Minggu, 15 November 2015

A. Pengertian Kerangka Karangan
       
          Kerangka karangan adalah rencan penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

B. Manfaat Kerangka Karangan
  1. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
  2. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan dapat membantu penulis untuk menyusun semua gagasan yang telah dibuat supaya saling terhubung dan terkait satu sama lain sehingga tidak terlepas dari tema karangan yang dibuat.
  3. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Tujuannya agar pembaca dapat terpikat secara terus menerus maka penyusunan klimaksnya harus diatur sedemikian rupa sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda dan pembaca pun semakin berminat membaca tulisan tersebut.
  4. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.  Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan.
  5. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
C. Cara Membuat Kerangka Karangan

          Adapun cara membuat kerangka suatu karangan adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan


Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau tema yang menjadi kesenangan Anda. Hal ini akan sangat membatu untuk mengembangkan karangan.

Setelah mendaptkan tema, tentukan juga judul karangan yang akan dibuat. Usahakan membuat judul yang singkat dan menarik pembaca untuk membaca karangan tersebut.

2. Mengumpulkan bahan


Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain.  Catatlah semua topik yang terlintas di dalam pikiran untuk memudahkan penseleksian bahan atau topik.

3. Menseleksi bahan

Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan penting. Hindari membahas topik-topik yang tidak penting untuk di bahas.

4. Mengembangkan kerangka karangan


Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.

 D. Pola Kerangka Karangan

a. Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu berdasar urutan ruang, urutan waktu, dan urutan topik yang ada.
1) berdasar urutan ruang
2) berdasar urutan waktu
3) berdasar urutan topik yang ada
b. Pola Logis
Pola logis berdasar urutan:
1) klimaks – anti klimaks
2) umum – khusus
3) sebab – akibat
4) Proses
5) dan lain-lain.

4. Sistem Penomoran Kerangka Karangan
Dalam memberikan nomor, harus diperhatikan hal-hal berikut :
  1. Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.
2.    Romawi Besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).
3.    Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.
4.    Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau  berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.
5.    Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll. (dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harus dicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
Contoh:
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1.4 Kerangka Pemikiran
1.5 Metode Penelitian
1.6 Rancangan Analisis Data
1.7 Lokasi dan Lamanya Penelitian

6. Macam-macam Kerangka Karangan
a. Berdasar Sifat Rinciannya:
1) Kerangka Karangan Sementara / Non-formal:
cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
a) topiknya tidak kompleks
b) akan segera digarap
2) Kerangka Karangan Formal:
terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a) topiknya sangat kompleks
b) topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

 E. Daftar Pustaka

1. https://pyia.wordpress.com/2010/11/29/kerangka-karanganoutline/ minggu, 15-11-2015, 19.00

2. http://www.kelasindonesia.com/2015/04/pengertian-contoh-kerangka-karangan-dan-cara-membuatnya.html minggu, 15-11-2015, 20.00


 

ALINEA

Sabtu, 07 November 2015

PENGERTIAN ALINEA DAN MACAM-MACAM ALINEA

            Alinea adalah bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Alinea diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari kalimat. Dari sudut pandang komposisi, Alinea sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab karangan formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri atas satu alinea. Jadi tanpa kemampuan muyusun alinea tidak mungkin bagi seseorang mewuudkan sebuah karangan.

MACAM-MACAM ALINEA ADA 3 :

1. Alinea Pembuka
           Alinea pembuka merupakan bagian dari sebuah wacana atau karangan yang paling pertama kita temui. Oleh sebab itu, pada alinea pertama harus dibuat semenarik mungkin agar menimbulkan rasa ingin tahu kepada pembaca. Dalam alinea pembuka sangat diharapkan dapat membimbing para pembaca untuk memasuki suatu jalan cerita atau isi dari wacana agar membawa pembaca untuk memasuki alinea isi. Rumusan pembuka yang baik akan menjadi pedoman untuk pengembangan karangann untuk menuju tingkat selanjutnya. Dengan pedoman itu maka akan tercapainya suatu kepaduan dalam sebuahxwacana atau karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan alinea pembuka harus memiliki fungsi untuk :
                 a. Menghantar pokok pembicaraan
                 b. Menarik minat pembaca
                 c. Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

2. Alinea Isi
            Alinea isi merupakan suatu ide pokok beserta pengembangannya dalam sebuah karangan. Oleh karena itu, alinea isi merupakan bagian ang penting dalam suatu karangan. Maksudnya adlaah alinea isi menjelaskan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok dalam suatu karangan. Saat menjelaskan alinea isi harus disusun dengan berurutan dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang masuk akal dan logis.

3. Alinea Penutup
             Alinea penutp merupakan alinea-alinea yang mengakhiri atau menutup suatu karangan. Alinea ini merupakan kebulatan dari masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian karangan sebelumnya. Alinea penutup juga mengandung kesimpulan yang mengakhiri uraian karangan sebelumnya. karena bertugas untuk mengakhiri suatu wacana, maka alinea penutup yang baik adalah harus menimbulkan kesan tersendiri bagi para pembaca.

SYARAT-SYARAT ALINEA YANG BAIK DAN UNSUR-UNSUR ALINEA
             Suatu alinea dianggap bermutu dan efektif apabila mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya. Jika alinea tersebut lengkap, artinya mengandung pikiran utama dan pikiran penjelas. Disamping itu sama halnya dengan kalimat, pargraf harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Berikut syarat-syarat alinea yag baik:
                a. Kesatuan (Unity).
             Kesatuan atau unity adalah alinea tersebut haru memperlihatkann dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan disini tidak boleh diartikan bahwa suatu alinea hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yag mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal  atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal (satu maksud). Maksud tunggal inilah yng ingin disampaikan oleh penulis dalam alinea  tersebut.
                Jadi kesatuan atau unity bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan kalimat-kalimat yang ada dalam alinea tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
               b. Kepaduan (Koherensi).
           Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa adanya kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau kejanggalan yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, atau tidak membingungkan bagi pembaca.    
            Kepaduan bergantung dari penyusunan kalimat dan gagasan, sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memliki kepaduan, maka pembaca seolah-olah hanya menghadapi suatu kelompok kalimat yang masing-masing berdiri dan tidak berhubungan dengan yang lain atau masing-masing dengan gagasannya sendiri dan bukan suatu uraian yang berhubungan.
               Pendeknya suatu paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berpusat kepada pokok utama tadi.
            Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri. Kalimat-kalimat tersebut harus mempunyai hubungan timbal balik, artinya kalimat pertama berhubungan dengan kalimat kedua, kalimat kedua berhubungan dengan kalimat ketiga, demikian seterusnya. Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
  •  Pengulangan kata/kelompok kata kunci atau disebut repetisi.
  •  Penggantian kata/kelompok kata atau subtitusi.
  •  Pengulangan kata/kelompok kata atau transisi.
               c. Kejelasan
               Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. 
             Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutanruang (spasial), urutan proses, contoh-contohdandnegan detail fakta.
MACAM-MACAM ALINEA
1.       Gagasan utama
merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.
2.       Kalimat utama
merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.
3.       Kalimat penjelas
merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat enjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas. 
DAFTAR PUSTAKA 
  • http://alexaxeel.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-alinea-m-erupakan-kumpulan_9.html diakses pada 8/11/2015 pukul: 09.00
  •  http://capungtempur.blogspot.co.id/2010/11/pengertian-alinea-dan-jenis-jenis.html 8/11/2015 pukul 10.00
  •  http://oktasiusblogger.blogspot.co.id/2015/05/syarat-syarat-pembentukan-paragraf.html 8/11/2015 pukul 11.00
  • http://riannagato77.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-alinea-dan-macam-macam-alinea.html 8/11/2015 pukul 11.30 

KALIMAT EFEKTIF

Senin, 02 November 2015

1.      Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran perasaan penulisnya dengan jelas kepada pembaca. Kalimat efektif harus sesuai dengan kaidah bahasa (memiliki unsur subjek dan predikat), singkat (tidak berbelit-belit), enak dibaca, dan sopan. Jadi, pengertian efektif dalam kalimat ialah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Hal yang harus diungkapkan dalam kalimat efektif, yaitu kalimat yang menimbulkan daya khayal pada pembaca, minimal mendekati apa yang dipikirkan penulis.

Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
    •  Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
    •  Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis. 
    • Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.  
          2. Syarat-syarat Kalimat Efektif  
         Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. prinsip -prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
    a. Kesepadanan Struktur
                    Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:

         Memiliki Subjek dan Predikat yang Jelas. Contoh : 
Ø  Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour.       (Tidak efektif)

Ø  Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour.              (Efekti)
Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.

  Tidak Memiliki Subjek yang Ganda di dalam Kalimat Tunggal. Contoh : 
Ø  Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa.             (Tidak Efektif)

Ø  Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa.       (Efektif)
b. Kepararelan Bentuk
             Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.

Contoh:

Ø  Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif.  (Tidak efektif)
Ø  Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. (Efektif)

    c. Kehematan Kata
             Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan :  
Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk

Contoh:
Ø  Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren.        (Tidak efektif)
Ø  Saya tidak suka buah apel dan duren.                                    (Efektif)
                                 Menghindari kesinoniman dalam kalimat
Contoh:
Ø  Saya hanya memiliki 3 buah buku saja.          (Tidak efektif)
Ø  Saya hanya memiliki 3 buah buku.                   (Efektif)

Menghindari penjamakan kata pada kata jamak
Ø  Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.    (Tidak efektif)
Ø  Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.                          (Efektif)
    d. Kecermatan

Kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.

Contoh:
Ø  Guru baru pergi ke ruang guru.            (Tidak efektif)
Ø  Guru yang baru pergi ke ruang guru.   (Efektif)
  e. Ketagasan
Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut.  Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.
 Meletakan kata kunci di awal kalimat
Contoh:
Ø  Sudah saya baca buku itu.      (Tidak efektif)
Ø  Buku itu sudah saya baca.      (Efektif)

Mengurutkan kata secara bertahap.
Contoh:
Ø  Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden.   (Tidak efektif)
Ø  Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur.     (Efektif)

  f. Kepaduan

Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.

Contoh:
Ø  Budi membicaran tentang pengalaman liburannya.   (Tidak efektif)
Ø  Budi membicarak pengalaman liburannya.                   (Efekti)
g. Kelogisan

Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.

Contoh:
Ø  Waktu dan tempat kami persilahkan!     (Tidak efektif)
Ø  Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)

Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.

Contoh-contoh kalimat efektif:
Ø  Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah.
Ø  Dia memakai baju merah.
Ø  Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ø  Tugas itu bagi saya sangat mudah.
Ø  Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26 Februari 2015.
Ø  Saya sedang membuat nasi goreng.
Ø  Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya air bagi kehidupan

3. Ciri-ciri Kalimat Efektif 

Efektif atau tidaknya suatu kalimat dapat dilihat dari beberapa ciri sebagai berikut:

a.   Memiliki bentuk yang pararel. 

 Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Dengan kata lain, jika bentuk kata pertama adalah nomina, maka bentuk kedua, ketiga dan keempat, dan seterusnya juga menggunakan nomina:
i. Tugas seorang murid adalah belajar, berkarya dan berprestasi. (efektif)
ii. Tugas seorang murid adalah mempelajari, berkarya, dan prestasi. (tidak efektif)

          Pada contoh di atas, kalimat no 1 merupakan kalimat efektif karena memiliki kesamaan atau kepararelan bentuk, sedangkan kalimat no 2 bukan kalimat efektif karena tidak memiliki kesaman bentuk, bentuk-bentuk pararel yang dimaksud pada kalimat no 1 adalah kata-kata yang digunakan berupa kata verba, sementara itu pada kalimat no 2 menggunkan verba, dan nominal. 

               b. Memiliki struktur yang sepadan. 
Kesepadanan dalam kalimat efektif bisa dilihat dari keseimbangan atau kesamaan antar struktur bahasa yang digunakan dan gagasan yang ingin disampaikan. Contoh:
Ø  Andi adalah anak yang suka menolong dan Budi adalah anak yang nakal. (tidak efektif)
Ø  Andi adalah anak yang suka menolong sedangkan Budi adalah anak yang nakal. (efektif)
Ø  Selanjutnya Budi akan jelaskan betapa pentingnya pohon bagi kita. (tidak efektif)
Ø  Selanjutnya akan Budi jelaskan betapa pentingnya pohon bagi kita. (efektif)
             Pada contoh di atas kalimat no 1 dan 3 adalah kalimat yang tidak efektif. Kalimat no 1 memiliki struktur yang tidak sepadan, maksud dari kalimat tersebut sesungguhnya ingin membandingkan antara Andi dan Budi tetapi konjungsi yang digunakan salah. Sedangkan pada kalimat no 3 ada kesalahan dalam penempatan unsur kalimat.
 
·                                        c. Kalimat efektif memiliki kehematan kata
            Yang dimaksud kehematan kata adalah kalimat efektif tidak menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.Contoh:
Ø  Akibat dia tidak mengerjakan Pr, dia dimarahi oleh guru. (tidak efektif).
Ø  Akibat tidak mengerjakan Pr, dia dimarahi oleh guru. (efektif)
            Kalimat pertama tidak efektif karena memiliki dua subjek yang tidak perlu digunakan lagi karena telah dijelaskan pada klausa setelahnya.
Ø  Dia mengenakan baju warna biru. (tidak efektif).
Ø  Dia mengenakan baju biru. (efektif).
            Kalimat pertama tidak efektif karena memakai super ordinat pada kata yang berhiponim. Seharusnya tidak perlu menggunakan kata “warna” sebelum kata “biru” karena pendengar sudah mengerti maksud kata “biru” adalah warna.
Ø  Para siswa-siswi sedang mengikuti upacara bendera di Lapangan Merdeka. (tidak efektif).
Ø  Siswa-siswi sedang mengikuti upacara bendera di Lapangan Merdeka. (efektif).
Kalimat pertama tidak efektif karena menjamakan kata yang telah jamak yaitu siswa-siswi. Oleh karena itu, tidak perlu lagi menggunakan kata “para”.

·                                            d. Kalimat efektif memiliki kecermatan penalaran.
         Kecermatan penalaran pada kalimat efektif maksudnya adalah kalimat tersebut tidak menimbulkan ambiguitas atau memiliki makna yang ganda. Ambiguitas sendiri timbul akibat dari ketidaktepatan dalam hal pemilihan kata, ketidakjelasan unsur kalimat, dan lain-lain. Contoh :
Ø  Yang ada di dalam ruangan ini harus keluar. (tidak efektif).
Ø   Semua mahasiswa yang ada di dalam ruangan ini harus keluar. (efektif)

·                                      e. Kalimat efektif memiliki gagasan yang padu
           Kalimat efektif ditandai dengan unsur-unsur kalimat yang tersusun dengan baik sehingga memiliki gagasan yang padu. ketidakpaduan gagasan pada kalimat sendiri terjadi akibat dari seringnya penggunaan unsur kalimat berupa keterangan yang disisipkan antara subjek dan prediket. Contoh:
Ø  Ayah setelah pulang dari kantor langsung menuju meja makan. (tidak efektif).
Ø  Ayah langsung menuju meja makan setelah pulang dari kantor. (efektif)
             Kalimat pertama bukanlah kalimat yang efektif karena unsur kata berupa keterangan seperti, akan, harus, setelah, masih, sedang, tetapi, dan lain-lain harus diletkan pada awal kalimat atau akhir kalimat.
·         Kalimat efektif memiliki bahasa yang logis.
Bahasa yang logis adalah bahasa yang dapat diterima secara akal sehat oleh pendengar atau pembacanya. Contoh:
Ø  Waktu dan tempat kami persilahkan. (tidak efektif).
Ø  Kepada Bapak Kepala Sekolah kami persilahkan. (efektif).

·                                  f. Kalimat efektif memiliki ketepatan pemilihan kata
        Pemilihan kata yang salah dapat menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif. Biasanya kesalahan pemilikan kata terjadi pada kata-kata yang bersinonim.Contoh:
i.  Joni menonton pertunjukan konser. (efektif) 
ii.Joni melihat pertunjukan konser. (tidak efektif).

4. Kesalahan Penggunaan Bahasa dalam Keseharian.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui beberapa contoh penggunaan tata bahasa Indonesia yang salah. Penggunaan tanda baca, kosa kata, dan sebagainya pada spanduk, voucher, baliho dan sebagaianya sering terdapat kesalahan. Meskipun hal tersebut dianggap sepele, namun tentu itu melenceng dari kaedah asli bahasa Indonesia. Disini penulis akan mencoba memaparkan beberapa contoh penggunaan bahasa yang salah dan bagaimana penggunaan bahasa yang seharusnya. Beberapa contoh penggunaan tata bahasa yang salah :
 i. Penulisan harga sering mengalami kesalahan, banyak yang menuliskan Rp. 5.000,- padahal seharusnya Rp5.000,00.
 ii. Penulisan nama dengan gelar yang dimiliki juga sering salah.
iii. Penggunaan tanda (sampai dengan) sering disingkat menjadi s/d namun seharusnya adalah s.d.
     dan lain sebagainya. 

5.      DAFTAR PUSTAKA

a.       http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html diakses pada  hari minggu , 1 november 2015, 13.00
b.      http://www.kelasindonesia.com/2015/04/ciri-ciri-kalimat-efektif-super-lengkap.html diakses pada hari minggu , 1 november 2015, 14.00
c.       http://www.rumpunnektar.com/2014/02/ciri-ciri-kalimat-efektif-dan.html diakses pada hari senin, 2 november 2015, 18.00
d.      https://gustiayumade.wordpress.com/2010/10/14/syarat-kalimat-efektif/ diakses pada hari senin, 2 november 2015 , 19.00