Fakta dan Opini

Jumat, 13 Mei 2016

FAKTA
Fakta merupakan sesuatu atau hal yang benar-benar terjadi. Semua orang akan mengatakan pernyataan yang sama terhadap sebuah fakta. Lawan dari fakta adalah pendapat (opini). Teks yang berisi fakta diidentifikasi memiliki dua sifat, yaitu fakta umum dan fakta khusus.
1. Fakta umum: kejadian/peristiwa/keadaan yang dapat ditemukan secara umum atau sudah laziim. Contoh:
a. Harimau hewan pemakan daging.
b. Burung elang adalah pemburu mangsa terhebat di udara.
2. Fakta khusus: Keadaan/ peristiwa yang dapat ditemukan secara khusus. Contoh:
a. Ibu dbelikan televisi baru oleh Ayah.
b. Kucing peliharaan adik suka makan kerupuk.
PENDAPAT
Pendapat (opini) merupakan gagasan, ide, atau pemikiran seseorang terhadap suatu peristiwa, hal, atau masalah. Pendapat seseorang terhadap suatu masalah, hal atau peristiwa dapat berbeda dengan pendapat oranglain.

Langkah-langkah Membuat Laporan Observasi

Untuk membuat teks laporan hasil observasi, dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Menentukan Topik: Topik teks laporan observasi berkaitan dengan jenis objek yang akan diamati. Oleh karena itu, kita harus menentukan apakah objek yang akan diobservasi itu berupa benda, tempat, atau peristiwa. Kemudian menentukan aspek-aspek yang akan diteliti. Hal ini penting agar proses penelitian dan langkah penyusunan laporannya lebih terfokus.
b. Mengumpulkan Bahan: menentukan tujuan dan kegunaannya agar penelitian itu lebih terarah dan bermanfaat. Menentukan metode dan teknik penelitian, misalnya dengan observasi langsung, wawancara, atau angket. Melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Mendokumentasikan hasil pengamatan dengan pencatatan, pemotretan, dan perekaman.
c. Menyusun Kerangka: Fakta-fakta yang ditemukan dapat disusun mengikuti pola kerangka kronologi dan spasial. Pola kronologi (urutan peristiwa) digunakan apabila objek yang diamati berupa peristiwa ataau kejadian. Fakta-fakta peristiwa disusun berdasarkan urutan kejadiannya. Pola spasial (urutan ruang) ini digunakan apabila objek yang diamati berupa benda, manusia, tempat, atau sejenisnya. Jadi, fakta-fakta yang ditemukan dapat disusun berdasarkan urutan ruang/tempat.
d. Mengembangkan Kerangka: Menyusun laporan dengan berdasarkan data yang diperoleh selama pengamatan. Hal yang dilaporkan tidak hanya data ataupun hasil analisisnya, melainkan pula tujuan, metode, penelitian, alat, atau instrumen yang digunakan, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan proses penelitian.
Memberi Judul: Langkah terakhir adalah memberi judul. Judul laporan harus sama dengan topiknya.

Menulis Judul Sesuai EyD

Karya tulis memuat tema dan judul. Tema karya tulis merupakan pokok pikiran yang dipakai penulis sebagai dasar mengarang. Judul digunakan sebagai "kepala" karangan. Judul karya ilmiah atau karya tulis ditulis dengan aturan sebagai berikut.
1. Semua huruf dalam judul ditulis dengan huruf kapital atau huruf pertama setiap kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital. Akan tetapi, huruf pertama kata depan atau kata penghubung ditulis dengan huruf kecil, seperti dan, ke, dari, pada, dalam, terhadap, dengan, sebagai, atau, untuk.
2. Judul yang berupa kata ulang utuh ditulis dengan diawali huruf kapital.
3. Judul yang berupa kata ulang berimbuhan diawali dengan huruf kapital untuk kata pertama pada kata ulang. Kata keduanya tidak diawali dengan huruf kapital.

Menyunting Kata, Kalimat, dan Paragraf

Dalam sebuah paragraf terdapat penggunaan kata, konjungsi, kalimat.
1. Menyunting Kata
Kata harus disunting atau diperbaiki karena kata tersebut dianggap tidak baku jika tidak sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan yang Disempurnakan, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Dalam menyunting kata dalam paragraf, sebaiknya berpedoman pada tiga kaidah tersebut. Kata yang disunting dalam berupa kata tidak baku. Kata tidak baku penulisannya tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah-kaidah tersebut.
2. Menyuting konjunngsi
Konjungsi yang dianggap tidak tepat da harus disunting karena penggunaan konjungsi tidak sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Menyunting konjungsi dalam paragraf sebaiknya berpedoman pada kaidah yang berlaku. Penyuntingan konnjungsi memperhatikan makna dan maksud kalimat.
3. Menyunting Kalimat
Kalimat dianggap tidak tepat jika tidak efektif. Sebuah kalimat dianggap tidak efektif karena berbagai penyebab berikut.
a. Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Dalam kalimat minimal terdapat dua unsur, yaitu subjek dan predikat. Jika unsur tersebut tidak aada dalam kalimat menjadi tidak efektif.
Contoh:
Sebagai tempat membaca, harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidk menjelaskan sesuatu yang harus dilengkapi. Kalimat tersebut tidak menyertakan subjek kalimat. Suntingan kalimat tersebut adalah Sebagai tempat membaca, perpustakaan harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
b. Ketepatan Penempatan Unsur dalam Kalimat
Unsur-unsur dalam kalimat juga harus diletakkan ditempat yang tepat. Jika unsur-unsur tersebut diletakkan tidak pada tepatnya, kalimat akan menjadi tidak efektif.
Contoh:
Petani sebelum ada kebijakan impor gula dari Pemerintah, tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Kalimat tersebut tidak efektif karena salah meletakkan kata petani. Kata petani seharusnya diletakkan dibelakang tanda koma. Suntingan kalimat tersebut adalah Sebelum ada kebijakan impor gula dari Pemerintah, petani tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
c. Penggunaan Unsur Kalimat Secara Berlebihan
Ketidakefektifan kalimat juga dapat dilihat dari penggunaan unsur kalimat secara berlebihan. Unsur berlebihan tersebut dapat berupa penggunaan kata sama arti atau pemakaian kata tugas yang tidak perlu.
Contoh:
Para ibu0ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
Kalimat tersebut tidak efektif karena pemakaian kata para danibu-ibu yang keduanya menunjukkan kata jamak. Kata ibu tidak perlu diulang. Suntingan dari kalimat tersebut adalah Para ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih atau Ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih
d. Pilihan Kata Tidak Tepat
ketidakefisienan kalimat juaga dapat disebabkan oleh pilihan kata tidak tepat. Ketidakefisienan tersebut dapat dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari atau bahasa asing. Selain itu, ketidakpahaman terhadap arti sebuah kata menyebabkan penggunaan kata tersebut tidak tepat.
Contoh:
Kepada yang pernah ke gunung ini pasti akan merasakan betapa dingin udara disini.
Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat ketidakcocokan antar kata pernah dan akan. Kata pernah menunjukkan sudah dilakukan, sedangkan kata akan menunjukkan belum dilakukan. Seharusnya, kata akan diganti dengan sudah. Kata depan kepada juga sebaiknya dihilangkan. Suntingan dari kalimat tersebut adalah Mereka yang pernah ke gunung ini pasti sudah merasakan betapa dinginnya udara disini.
e. Tidak Logis
Kelogisan sebuah kalimat perlu diperhatikan. Kalimat tidak logis akan menjadi tidak efektif.
Contoh:
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, selesailah karya tulis ini.
Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin hanya dengan mengucap syukur karya tulis dapat selesai.

Menentukan Kata/Istilah Tepat Sesuai Konteks

Kamis, 12 Mei 2016

Bacaaan atau ilustrasi biasanya disampaikan melalui kata-kata atau istilah dengan makna lugas. Akan tetapi, bacaan atau ilustrasi dapat juga disampaikan dengan kata-kata bermakna kias, misalnya dalam bentuk pribahasa.
Pribahasa terdiri atas ungkapan, idiom, atau frasa idiomatik, pepatah, perumpamaan, dan pemeo berupa kalimat beermakna kias. Ketiganya biasa disebut dengan peribahasa.
Ungkapan atau idiom adalah gabungan kata dengan makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara harfiah kedalam bahasa dan situasi lain.
Contoh:
kedatangan kami disambut dengan sambutan hangat.
kata sambutan hangat merupakan ungkapan berarti 'meriah'.
Adapun peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat tetap susunannya, biasanya mengiaskan makna tertentu.
Contoh:
1. Bahasa menunjukkan bangsa, artinya budi bahasa (tutur kata dan kelakuan) seseorang menunjukkan sifat dan asal-usul keturunan seseorang. (peribahasa)
2. Berat saa dipikul, ringan sama dijinjing
artinya: pekerjaan berat atau ringan sebaiknya dikerjakan bersama-sama. (pepatah)
3. Seperti anak ayam kehilangan induknya,
Artinya: suatu kelompok yang tercerai-cerai karena ditinggalkan pemimpinnya. (perumpamaan)
4. Patah tumbuh hilang bergantu (pameo)

Menyimpulkan sebab akibat konflik dalam karya sastra

Masalah dalam cerita memunculkan konflik. Konflik merupakan pertemuan atau benturan antara dua kekuatan yang berlawanan. Masalah dibedakan menjadi dua macam, yaitu : masalah dari luar (fisik) dan dari dalam (batin).
Masalah dari luar terjadi antara tokoh dan sesuatu diluar dirinya. Masalah ini bisa terjadi dengan lingkungan ataupun manusia. Masalah dari luaar dibagi menjadi dua:
1. Masalah fisik merupakan masalah yang disebabkan benturan antara tokoh dan lingkungan. sebagai contoh konflik yang dialami tokoh akibat bencana alam.
2. Masalah sosial merupakan masalah yang muncul karena hubungan antar manusia. Miasalnuya: masalah pertiakian, perebutan, atau perceraian.
Masalah batin timbul dari dalam diri tokoh, masalah ini terjadi antara tokoh dan dirinya sendiri. Masalah merupakan salah satu unsur intrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam. Konflik dalam cerita disebabkan oleh suatu peristiwa sebagai pemicunya. Konflik dalam cerita juga menyebabkan terjadinya sebuah peristiwa. Sebab-akibat dalam karya sastra dapat dilihat dalam novel dan cerpen.

Mengidentifikasi Majas dalam Karya Sastra

Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang dalam mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam didalam jiwanya. Menurut Henry Guntur Tarigan, majas dapat dibagi menjadi empat bagian seperti berikut ini:
1. Majas Perbandingan.
a. Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup.
Contoh:
Baru tiga kilometer berjalan, mobilnya sudah batuk-batuk.
b. Metafora
Metafora adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh:
Raja siang telah pergi keperaduannya.
c. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yag lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti.
Contoh:
Kakak membanting tulang demi menghidupi keluarganya.
2. Majas Sindiran.
a. Ironi
Ironi adalah majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang.
b. Sinisme
Sinisme adalah majas sindiran yang menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi, tetapi kasar.
Contoh:
Itukah yang dinamakan bekerja ?
c. Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran yang terkasar atau langsung menusuk perasaan.
Contoh:
Otak mu memang otak udang.
3. Majas Penegasan
a. Pleonasme
Pleonasme adalah majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikataka lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh:
Salju putih sudah mulai turun ke bawah.
b. Repitisi
Repitisi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh:
Kita junjung dia sebagai pemimpin. kita junjung dia sebagai pelindung, kita junjung dia sebagai pembebas kita.
4. Majas Pertentangan
a. Antitesis
Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Contoh:
Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukan lah suatu ukuran nilai seorang wanita.
b. Paradoks
Paradoks adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksudnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.

Mengomentari Isi Teks

Mengomentari isi teks.
Komentar atau tanggapan adalah sambutan terhadap peristiwa, masalah, ucapan, pendapat, atau gagasan yang berupa kritik atau komentar. Tanggapan dapat berupa pertanyaan setuju, tidak setuju, suka, tidak suka, atau menambahkan pendapat.
Tanggapan yang dikeluarkan harus bersifat objektif dan disertai alasan logis. Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan ketika mengemukakan tanggapan. Cara mengemukakan tanggapan sebagai berikut.
1. Tanggapan berhubungan atau sesuai dengan peristiwa, masalah, ucapan, pendapat, atau gagasan yang sedang dibicarakan.
2. Tanggapan dapat mempercepat pemahaman masalah, penemuan sebab, dan pemecahan masalah.
3. Tanggapan tidak mengulangi pendapat yang pernah disampaikan peserta lain.
4. Tanggapan disampaikan dengan kata dan kalimat tepat.
5. Tanggapan disampaikan dengan sikap terbuka dan sopan.

Membandingkan, Menunjukkan Bukti Simpulan Bahasa Dua Buah teks Nonsastra

Dua buah teks dapat memiliki kesamaan tema atau informasi. Membandingkan dan mencari kesamaan teks, dapat dilakukan dengan cara membaca kedua teks tersebut secara keseluruhan. Membaca teks tidak hanya dilakukan sekali saja, tetapi bisa juga dilakukan berulang-ulang agar dapat lebih mudah menentukan kesamaannya. Teks dapat dibandingkan melalui isi, pola penyajian, dan bahasanya.
Cara Mencari Perbedaan Penyajian Teks.
sebuah teks memuat informasi atau masalah. Penyajian informasi atau masalah. Penyajian informasi atau masalah dalam teks dapat berbeda. Perbedaan tersebut dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan berikut:
1. Apa, untuk menanyakan masalah, peristiwa, atau kejadian yang dibahas dalam teks.
2. Siapa, untuk menanyakan orang yang dibahas dalam teks.
3. Di mana, untuk menanyakan tempat peristiwa yang dibahas dalam teks.
4. Mengapa, untuk menanyakan sebab atau alasan, masalah, peristiwa, atau kejadian dalam teks.
5. Kapan, untuk menanyakan waktu peristiwa yang dibahas dalam teks.
6. Bagaimana, untuk menanyakan proses terjadinya masalah, peristiwa, atau kejadian dalam teks.